Pengelolaan 3 Paket Proyek Sabo Dam Dan Pengendalian Sedimen Digarap PT. WJP Lelet Oprasi (Weak Quantity)

Nelwan (detaknews.id) – Sigi – Dilema tentang pengelolaan proyek Multi years Sabo Dam dan pengendalian sedimentasi di sungai Gumbasa desa Pakuli Kecamatan Gumbasa Sigi – Sulawesi Tengah yang di kelola PT. Waskita Jaya Purnama tuai beragam komentar tajam dari berbagai pihak.
Hasil investigasi deadline-news.com group detaknews.id pada Kamis (1/5/2025), paket proyek River Improvement And Cediment Control In Gumbasa River, Pondo River, And Rogo River Area, ditengarai bahwa nilai kualitas dan ketahanan hasil garapan part beton pada retaining wall disepanjang track sungai, beberapa bagian struktur konstruksinya diduga tidak maksimal.
Sedangkan klaster untuk elemen penguatan karakter struktur konstruksi pada trap revetment dibagian dasar setinggi 4 meter dari permukaan sungai, tampak mengalami retakan yang cukup fatal.
Tak hanya itu leksikal material pendukung untuk penguat kestabilan konstruksinya, juga dinilai kurang optimal.
Konsistensi nomor kontrak HK 0201- BWS13. 7.1 / 354 proyek itu digarap oleh PT. Waskita Jaya Purnama (WJP) yang dibandrol dengan pagu senilai Rp. 164. 093. 612. 000, (Miyar), dari sumber Dana Loan Japan International Corporation Agency (JICA) Ingress Protection (IP) – 580 melalui leding sektor Balai Wilyah Sungai (BWS) Sulawesi lll Palu Sulawesi Tengah.
Akan tetapi proyek pembangunan infrastruktur multi years Sabo Dam dan pengendalian sedimentasi yang dilebeli dengan paket River Implovement And Cediment In Gumbasa River, Rogo River, Pondo River Area
Terkait pergerakan proses pengerjaannya disinyalir kerap mengalami defesiensi kursial, dan sistem manegement yang terindikasi aut-autun.
Bahkan yang menjadi tanda tanya adalah masalah ketidak seimbanga sistem penerapan tata kelolah dan pola produksifitas proyek tersebut.
Sehingga menyebabkan pergerakan pengelolaan proyek itu kini menjadi lowest value atau diprespsikan menjadi nilai equqlity pengelolaan proyek terendah dari segi prospek dan literatur pengaturan jadwal oprasi yang kurang optimal dan yang tak sepadan dengan aturan kerja.
Proyek yang diplot dengan kontrak kerja pada 18 Juli 2023 itu, yang juga dipantek dengan rentang waktu pelaksanaan sampai dengan 683 hari kalander kerja, dan sekali gus mendapatkan gain trush (kepercayaan) untuk menjalankan hak kewenangan atas Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) terhitung ditahun yang sama.
Maka tiga paket pekerjaan tersebut kini intens dikelolah PT. WJP namun, sayangnya dalam sistem metodelitas dalam pencapaian target pengelolaan kerja serta dalam skala prioritas, tampak tidak terprogram dengan baik bahkan terkesan terseok dan minim kualitas.
Meski pengelolaan peoyek itu kini terlihat berjalan dengan signifikan, tetapi dibalik pengelolaannya justru mengalami inequality atau ketidak samaan metode pengulikan.
Polemik terkait masalah stabilitas standar pengerjaan kurang efesien, sekarang memuculkan berbagai spekulasi komebtar beragam
Sorotan itu terfokus menyangkut kekuatan dinding beton disepanjang track, hingga penilaian terhadap struktur material pendukung leksikal campuran bakal ketahanan spesifikasi konstruksinya pun masih dipertanyakan.
Masalah ketimpangan terhadap semerautanya metode tata kelolah kelolah proyek itu, maka hal itu dapat dianalogikan ketika Penyedia jasa (kontraktor) WJP memprospek keseimbangan dalam proses pengulikan guna mempatenkan kekuatan fisik konstruksi beton retaining wall atau atau dinding penahan tebing sungai ditiga lokasi yang berbeda itu
Dan intesitas pergerakan visi penggarapan tata ruang dalam skala prioritas juga diduga tidak terprogram dengan baik, terutama di lokasi proyek sungai Pondo terlihat weak quantity atau lemah pergerakan “weak movement” kerap berjalan ditempat.
Tak berlebihan, fakta adanya adanya kejanggalan dalam tata kelolah kelolah proyek itu, secara sitematis, juga sarat terbingkai dalam sentimen rasionalitas diantara dua entias taekait, hingga dengan leluasa pressur bisik-bisik terakomudir diruag tnternal yang terbungus rapi.
Adanya sorotan tajam dari berbagai pihak itu, juga menyangkut soal keterlambatan dan mendeknya pekerjaan proyek itu, yang mana oleh pihak penyedia jasa (kontraktor) disinyalir juga seolah menganggap hal tersebut hanya sebagai angin lalu, meski juga telah beberapa kali disoroti oleh pihak media, LSM dan pemerehati, namun tak juga efektif.
Justru malah membuat penyedia (kontraktor) tak tanggung-tanggung melulu mengabaikan aturan kerja yang belaku.
Maka tak ayal penguatan relatif dari pihak penyelenggara proyek untuk melakukan penyeselarasan kontrak kerja, intens difreming dengan proteksi adendum sesuai mekanisme dalam takaran perpanjangan waktu kerja.
Fakta yang paling mengemuka terpantau dilapangan adalah satu titik obyek pekerjaan proyek terakumulasi dalam satu paket itu, dimana satatus pengelolaan proyek pengendalian sedimentasi landscape sungai pondo dibilangan desa Beka Marawola – Sigi Sulteng tampak tersendat-sendat dan tidak continue.
Selain itu meski pembangunan jembatan channel work telah selesai, tetapi pada track titik garap pembangunan konstruksi beton revetment (retaining wall), diperkirakan kuantitas progresnya baru dikisaran 40 persen, setelah sebelumya pengelolaan proyek itu lama vakum alias jalan ditempat.
Saat ini tampak pergerakan pekerjaan itu baru dimulai lagi, suasana diareal lokasi proyek itu, juga masih terlihat lengang dan belum adanya aktifitas yang sigifikan.
Sorotan yang paling mencolok terkait akumulatif tingkat kekuatan kuantitas bobot beton cyclop pondasi sumuran di dua sisi, secara teknis nilai signifikansi mencakup acuan penerapan klaster dan frekwensi tahapan peritem bakal peningkatan persentasi progres ketitik garap bobot pengerjaan.
Diyakini penargetannya menjadi tidak optimal, sedangkan untuk efesiensi kontinyunitas proses pengulikan struktur konstruksi beton cyclop juga sering kali mengalami mandek atau terpending hingga berbulan-bulan lamanya.
Menanggapi hal itu Direktur PT. Waskita Jaya Purnama (WJP) H Enday Dasuki dihubungi melalui chat Whatsapp nya mengatakan kendala yang dihadapi berhubungan dengan luapan air.
“Sementara ini kendalanya berhubungan dengan luapan air/banjir. Kl dilapangan airnya tinggi, utk pek. yg masih dibawah permukaan air, masih terganggu, jawabnya dengan singkat.***