DaerahLatest

Pemasangan Plang Datu Pamusu Di Desa Sibonu Tuai Protes Dari Berbagai Pihak

Nelwan (detaknews.id) – SigiSulteng – Terkait pemasangan plang (nama jalan komersil) namaa salah seorang tokoh pejuang Sigi yang bernama Datu Pamusu,  yang kini tertancap di perbatasan kecamatan, terletak desa Sibonu Kec. Dolo Barat di pelintasa jalan poros Palu Bangga menuai protes Kades Sibonu dan para kades yang lain serta masyarakat di kecamatan setempat.

Pasalnya plang komersil yang bertuliskan nama salah seorang tokoh pejuang tersebut, diduga terindikasi kesan monopoli dan over high dari pihak pemerintah kecamatan setempat, dan diketahui nama sang tokoh pejuang tersebut, berasal dari Dolo/Kaleke.

Menurut Ilyas selaku Kades Sibonu, berkaitan dengan peletakan nama jalan salah seorang tokoh pejuang bertuliskan Datu Pamusu, yang mana sebelumnya masih bersifat uji publik dan masih dalam wacana.

“Itu juga masih sebatas pembicaraan biasa, diketahui belum ada legalitas secara musyawarah dan mufakat,” jelas kades Sibonu.

“Padahal sebelumnya nama tokoh pejuang Datu Pamusu itu, telah terlebih dahulu berdiri kokoh tertancap sebagai salah satu nama jalan (komersil) atau tokoh pejuang tanah kaili yang diabadikan sejak puluhan tahun silam, letak posisinya di kelurahan Kamonji Palu Barat, dan legalitasnya diinisiasi oleh Pemkot Palu Sulawesi Tengah,” jelasnya.

Hal senada dikatakan juga oleh Ismail Dg. Sute SP, selaku tokoh masyarakat desa Pewunu menjawab group deadline-news.com (detaknews.id) pada Rabu (4/1/2023), Ihwal pemasangan plang (nama jalan) Bertuliskan nama Datu Pamusu tersebut, diketahui tanpa ada koordinasi terlebih dahulu terhadap pihak pemerintah desa, tokoh masyarakat dan tokoh lembaga adat dll di Dolbar pada umumnya.

“Dan disinyalir, hal itu ada indikasi dilegalkan secara sepihak (unilaterally legalized) oleh kelompok tertentu,” tutur Ismail.

Dari sekian banyaknya nama para pejuang di tanah Sigi, diantaranya juga ada seorang pejuang wanita pendiri Islam di Sigi, yakni Intje Ami yang juga merupakan istri dari tokoh pendiri Ormas Islam Alkhairat Palu yakni, Sis Aljufri atau santer dikenal dengan sebutan Guru Tua.

Namun menurut Ismail, nama Intje Ami sekiranya dapat dijadikan referensi dan untuk diabadikan sebagai nama jalan (komersil) diletakkan di tapal batas kecamatan tersebut.

“Jika kita kilas balik kebelakang, perjalanan spritual dan siar islam yang beliu gemakan bersama sang suami Guru Tua di wilayah Dolbar cukup menerangi para pengikutnya,” imbuhnya.

Kini hal itu menjadi polemik, bahwa dampak dari peletakan plang sebuah nama jalan, diduga dapat memicu perpecahan antar desa, karena ditengarai tendesi politik didalamnya.

“Bagaimana tidak, jika ditilik dari pengambilan nama salah seorang tokoh pejuang (Datu Pamusu) bila namanya diabadikan kembali, itu sah-sah saja. Namun yang menjadi soal adalah, pemerintah kecamatan membuat aturan sendiri,” paparnya.

Ismail juga mengungkapkan, tertentunya masing-masing desa juga punya tokoh penjuang, bahkan namanya juga sudah melegenda. Namun tidaklah seberuntung dengan nama para tokoh pejuang yang lain, yang secara nasional namanya telah tercatat dalam kancah sejarah.

“Ironisnya, sejarah heroik tentang perjuangan mereka tidak pernah tercactat dalam kancah sejarah perjuangan RI, yang kerap dikenal dengan sebutan pahlawan tanpa nama,” ucapnya.

“Bahkan masyarakat disekitar kawasan jalan poros itupun, mayoritasnya telah mengetahui secara umum nama jalan tersebut,” pungkasnya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *