AlamDaerah

Gelar Festival WKR dan Diskusi GSM, Walhi Sultteng : Anak Muda Pulihkan Sulteng Dari Krisis Iklim

Fredy (detaknews.id) – Poso – Gelar Festival wilayah kelola rakyat (WKR) serta rangkaikan kegiatan diskusi Green Student Movement (GSM) di Desa Panjoka Pamona Utara Kabupaten Poso. Diskusi tersebut mengangkat tema “Anak Muda Pulihkan Sulteng” serta pantik oleh 3 narasumber yakni Advokasi dan Kampanye Walhi Sulteng (Wandi), Toko Pemuda (Stevandi), dan Solidaritas Perempuan (SP) Sintuwu Raya Poso (Widya Ningrum Achmad), Minggu, (23/10/2023).

Adapun yang turut menghadiri kegiatan tersebut ialah Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sulawesi Tengah bersama Solidaritas Perempuan (SP) Sintuwu Raya Poso, Yayasan Panorama Alam Lestari (YPAL), Lembaga Penguatan Masyarakat Sipil (LPMS) dan Desa Panjoka.

Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh 52 orang anak muda berasal dari desa-desa yang berada di Kacamatan Pamona Utara serta tokoh-tokoh masyarakat hingga kalangan umum lainnya seperti jurnalis dan media.

Dalam kegiatannya, Wandi selaku advokasi dan kampanye Walhi mengatakan bahwa saat ini Walhi memiliki banyak gempuran industri di Sulteng.

“WALHI Sulteng dengan berbagai gempuran industri di Sulawesi Tengah mulai dari Perkebunan sawit skala besar, Pertambangan nikel, batubara, emas, Batu gamping, Kawasan pangan nusantara (KPN), Bank tanah,  PLTA, dan PLTU Captive sehingga berdampak terhadap keberlangsungan masyarakat di tapak”, ujar Wandi.

“Saat ini, anak muda pihak menjadi strategis dalam mendorong keadilan ekologis dan keadilan iklim terhadap ancaman krisis iklim, dampak dari krisis iklim degradasi lingkungan, bencana alam, kerawanan pangan, air, kerentanan konflik, gangguan ekonomi, dan cuaca ekstrim serta menganggu aktivitas orang muda”, ungkap Wandi.

Sementara Stevandi selaku perwakilan dari Pemuda mengungkapkan sekarang kondisi global sedang tidak baik-baik saja. Bencana ekologis bisa mereka amati di mana-mana.

“Elnino adalah bukti nyata yang bisa kita rasa bagaimana kemarau yang panjang sekarang sudah memberikan dampak buruk bagi kehidupan, petani kesulitan bertani, rakyat kesulitan air bersih dan lain sebagainya”, jelas Stevandi.

“Belum lagi maraknya ketidakadilan terhadap perempuan, baik di ranah keluarga, ranah sosial, maupun di ranah lingkungan”, tuturnya.

Stevandi juga menjelaskan, bahwa mereka juga melihat bagaimana kedekatan hubungan relasi dan juga keterkaitan perempuan dan alam. Dimana kedua berjalan bersamaan atau seiringan sehingga pembebasan kedua pun harus dilakukan secara bersamaan.

“Perempuan dan alam menjadi sebuah protes pada warisan budaya patriarki yang melandasi eksploitasi kepada lingkungan dan alam. Serta adanya kerusakan lingkungan sangat berdampak bagi keberlanjutan penghidupan perempuan”, ucap Widya Ningrum Achmad dari Solidaritas Perempuan (SP) Sintuwu Raya Poso menanggapi Stevandi.

Menurut ketiga Narasumber tersebut, Krisis iklim adalah ulah dari sifat serakah manusia, yang hanya terus mengejar keuntungan dengan mengeksploitasi alam tanpa pernah berpikir masa depan dan kehidupan.

Lebih lanjut, mereka mengatakan bahwa hal ini merupakan tanggung jawab semua pihak termasuk anak muda, kalau anak muda tidak berinisiatif dan berpastisipasi dalam penyelamatan lingkungan hidup maka kepunahan manusia tinggal menunggu waktu.

Sumber: Rilis Walhi Sulteng

*Narahubung:

  • 0822-1553-4058 : Wandi Advokasi dan Kampanye WALHI Sulteng
  • 0821-8816-0099 : Stevandi Tokoh Pemuda
  • 0823-4926-3839 :Widya Ningrum Achmad Solidaritas Perempuan (SP) Sintuwu Raya Poso

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *