OpiniUtama

SULTENG HARUS MEMBANGUN HILIRISASI PERTANIAN

Oleh : Andi Aril Pattalau, S.Sos, M.AP
(Analisis Kebijakan Publik, Kepala Sekretariat Tenaga Ahli Gubernur Sulawesi Tengah)

Posisi Sulawesi Tengah hari ini sudah menjadi tranding nasional dengan pesat nya Kemajuan Industri Pertambangan di Sulawesi Tengah Bagian Timur (Morowali, Morowali Utara, Banggai Bersaudara, Tojo Una-una).

Posisi SulTeng yang menjadi simbol Hilirisasi industri mineral saat ini telah menjadikan SulTeng mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi nomor 3 di Indonesia.

Disisi lain, SulTeng tengah kembali posisinya di ‘ goda ‘ oleh Perpindahan Ibu Kota Negara (IKN) dari Kota Jakarta ke Kota Nusantara (di Kalimantan Timur).

Godaan ini tentunya berbeda dengan Godaan Industri mineral di Sulawesi Tengah Bagian Timur yang memang menjadi Incaran dunia, sehingga Modal asing banyak berinvestasi di daerah pertambangan.

Posisi strategis IKN di depan mata Sulawesi Tengah bagian Barat, mau tidak mau harus ada persiapan matang.

Sehingga peluang di depan mata ini tentunya bisa di manfaatkan secara maksimal oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dan Kabupaten Kota yang ada di hadapan IKN.

Pilihan yang paling rasional adalah menjadikan Sulawesi Tengah bagian Barat menjadi posisi Hilirisasi Pertanian, yang di mana peluang nya sangat besar ke Arah Ibu Kota Negara ‘IKN’ Nusantara.

Sektor ” Hilirisasi ” Pertanian ini tentunya bersifat makro, Pertanian yang dimaksud adalah Sektor Perkebunan, Sektor Kelautan dan Perikanan , Sektor Holtikultura dan Ber-bagai Tanaman Pangan lainnya.

Secara teknis hal ini menyangkut urusan ‘ isi perut ‘ para penghuni Istana dan Kementerian di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara yang konon mencapai jutaan manusia.

Hilirisasi ini tidak hanya menyangkut program yang sifatnya parsial. Tapi harus menyeluruh dan terkoneksi secara menyeluruh segala potensi industri pangan di Sulawesi Tengah bagian barat.

Kawasan Pangan Nusantara (KPN) hanya salah satu yang bisa dijadikan program Hilirisasi Pertanian ini, bukan tulang punggung program Hilirisasi.

Potensi Hilirisasi ini adalah di sekitar 7 Kabupaten Kota bagian Barat Sulawesi Tengah, yaitu Kabupaten, Donggala, Poso, Sigi, Tolitoli, Buol, Parigi Moutong dan Kota Palu sendiri.

Kolaborasi ke 7 daerah penyanggah IKN ini mesti di Konstruksi menjadi Peluang yang ‘ Wow ‘ untuk Kemajuan Sulawesi Tengah kedepannya.

Secara makro ekonomi, Hilirisasi industri mineral di Sulawesi Tengah bagian timur kedepannya akan semakin menurun produktivitas nya, serta semakin berkurang nya kuantitas mineral nya, maka pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pasti niscaya akan menurun secara nasional dan bisa jadi 10 tahun kedepan angka Investasi mineral di Sulawesi Tengah akan terus menurun ke level bawah.

Ketika Gaung Pemindahan Ibukota Negara ‘IKN’ Nusantara akan di deklarasikan pada Ucapara 17 Agustus Tahun 2024 nanti, maka semua mata akan tertuju pada dimulainya pemerintahan di IKN Nusantara, dengan secara perangkat Birokrasi nya, yang ” perut ” birokrasi nya ” tentu membutuhkan kebutuhan pangan yang sangat besar.

Jika melihat selama ini, Kebutuhan pangan pulau Kalimantan juga selama ini sangat besar dipengaruhi oleh Sektor Pertanian di Sulawesi Tengah.

Maka dengan perpindahan Ibukota Negara ‘IKN’ Nusantara akan semakin menambah kebutuhan pangan bagi Pulau Kalimantan, dan Sulawesi Tengah Bagian Barat akan menjadi ladang para “makelar” pangan dalam memenuhi kebutuhan pangan di IKN Nusantara.

Hal ini mestinya bisa di Konsulidasi kan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah terhadap 7 kabupaten kota di Sulawesi Tengah bagian Barat, untuk mengumpulkan semua Pemerintah Daerah untuk membahas secara khusus Hilirisasi Pertanian ini. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *