Kontur Tanah Timbunan Disisi Kiri-Kanan Jembatan Penyebrangan Soulove – Jono Oge Disuga Labil, Berpotensi Longsor

Nelwan (detaknews.id) Sigi – Rekam jejak proyek pembangunan jembatan penghubung di Desa Soulove dan Desa Jono Oge Sigi Sulawesi Tengah, kini masih menyisihkan kekhawatiran sejumlah warga yang bermukim dibantaran sungai, diketahui hanya berjarak beberapa meter dari areal jembatan.
Kurang lebih 80 meter pada bagian sisi kanan kiri oprit jembatan itu, terlihat masih berupa material tanah yang sudah ditumbuhi rerumputan, bahkan dibeberapa titik juga sudah mulai mengalami lonsor akibat pengikisan air sungai.
Bukan hanya itu saja, penampakan talud tanpa polesan beton pengikat itu terlihat masih berupa gundukan tanah bekas timbunan, dan belum ada konstruksi talud (turap) penangkal abrasi yang berdiri, namun dikhawatirkan gundukan material tanah menumpang tersebut suatu saat dapat mengakibatkan resiko longsoran yang cukup fatal.
Runut terkait anggaran yang diglontorkan untuk pengololaan proyek itu, dibiayai oleh Dana Alokasi Khusus (DAK) plus Dana Alokasi Umum (DAU) senilai Rp.839.530.330.31
Rewind jejak proyek rehab rekon produk PT. Fajar Raya Usahanusa yang kala itu di mandori oleh seorang kontraktor bernama Jhoni Pongky, dulu proyek itu ditandai dengan penandatangnan kontrak kerja tertanggal 14 April 2021yang silam. Meski diakui bahwa proyek itu telah diresmikan, dan akses jembatan itu pun sudah digunakan sebagaimana mestinya oleh pengguna jalan untuk melakukan aktifitasnya.
Namun sejauh ini timbul kekhawatiran sejumlah warga yang bermukim berdekatan dengan bantaran sungai itu, pasalnya mereka mengeluhkan perihal tak dibangunya espos (dinding talud) disamping kanan kiri oprit atau talud jembatan sejauh kurang lebih 80 meter
Diketahui talud yang masih berupa tanah menumpang tersebut tampak dibiarkan begitu saja tanpa balutan konstruksi dinding beton (turap) penahan abrasi disemitaran jembatan itu, jangankan boulder batu gaja, bronjong pun tak tampak membungkus permukaan tanah menumpang itu.
Diungkapkan Alham salah seorang warga desa Soulove Kec. Dolo Sigi menjawab group deadline-news.com, detaknews.id, deadlinews.co, & morowalipost.com Sabtu (10/8-2024), dia mengaku selema ini kami selalu dihatui kecemasan betapa tidak, rumah saya hanya berjarak beberapa jengkal saja dari batas tanah timbunan yang dulunya bekas longsoran akibat keseringan tergerus ketika air sungai pasang.
“Apa lagi kalu saat hujan deras, kami selalu cemas membuat kami tidak merasa tenang, karena mengingat pemukiman kami ini letaknya berada dibantaran sungai dan hanya beberapa meter saja jaraknya dari pinghiran sungai, sementara ada beberapa rumah warga lainnya termasuk rumah saya juga hanya ditopang dengan tanah timbunan atau tanah menumpang bekas pengerjaan proyek beberapa tahun yang lalu, “ruturnya.
Kata pria yang kerap disapa papa Rika itu, memamang penampakan lonsoran disekitaran pemukiman kami, hal itu terjadi kalau lagi datang hujan dan air pasang, apa bila sudah terdengar bunyi deruh air disungai itu, saya dan tetangga lainya selalu khawatir kalau-kalau air sungai itu mengikis habis tanah tebing itu dan bisa mengacam tempat pemukiman kami, “ujarnya sembari menimpali 4 orang ema-ema yang juga mengeluhkan hal yang sama.
Dia juga berharap agar sekiranya Dinas yang berkewenangan agar mendengar keluhan kami, sebab pekarangan belakang rumah kami hanya ditopang dngan tanah menumpang, itupun labil, dan sautu saat kapan pun pasti longsor itu tak dapat dihindari, “ujarnya.
Investigasi group deadline-news.com (detaknews.id, deadlinews.co & morowalipost.com) diketahui jejak pekerjaan Penyedia jasa PT. Fajar Raya Usahanusa, perihal peservasi peningkatan infrastruktur jejak pembangunan jembatan penghubung Soulove – Jono Oge yang kini telah berdiri kokoh dan telah dirasakan manfaatnya oleh para pengguna jalan yang kerap berkatifitas menggunakan akses jembatan penghubung tersebut.
Memang tak bisa dipungkiri, bahwa kala itu penyedia jasa mengoptimalkan target percepatan ketika mengelolah rehab rekon jembatan itu mulai dari capaian persentasi progres awal hingga tuntas keperampungan ketitik garap progres 100 persen, namun talud yang hanya terbungkus dengan tanah labil itu belum dibuatkan talud atau penahan abrasi yang permanen.
Perihal review pengerjaan proyek itu diketahui sempat tersendat beberpa bulan lamanya karena terkendala oleh faktor cuaca, pucuk dicinta ulampun tiba, alhasil pembangunan jembatan itu selesai sesuai target yang dijadawalkan dan juga sesuai masa kontrak kerja yang ditentukan.
Namun sayangnya pada saat perealisasian proyek pembangunan jembatan yang menelan anggaran yang cukup fantastis itu, manakala pendefenisian dan pemetaan struktur tata kelolah proyek tersebut dalam skala prioritas
Dimana penyelenggara terkesan nonprediktif (frase) menginisiatif upaya penyediaan anggaran untuk perbaikan talud disamping jembatan tersebut, sementara kondisi leanscape tanah menumpang itu kian memeprihatinkan, namapk pihak peyelnggara proyek terkesan enggan merealisir rekonstruksi talud dan sejauh ini tidak konstan masuk dalam skema.
Penampakan dibeberapa titik bagian miringan siklop (talud) di areal jembatan itu sudah mengalami aus (abrasi) yang cukup serius akibat sering tergerus oleh air sungai. Maka unsur Dinas yang berkewenangan dalam hal ini adalah, diantaranya Tata Bangunan dan Prasarana Jalan (TBPJ), bidang Pembangunan Jalan dan Jembatan (PJJ) atau bidang Pemeliharaan Jalan dan Jembatan.
Bidang Penyehatan Lingkungan dan Prasarana Pemukiman (PLPP), bidang Tata Ruang dan terakhir adalah bidang Sumber Daya Air (SDA).***