Warga Penyintas Bencana di Sigi Keluhkan Proses Pembangunan Huntap yang Tak Kunjung Selesai

Nelwan (detaknews.id) – Sigi – Masyarakat Penyintas Bencana di Sigi Keluhkan Pembangunan Huntap yang tidak kunjung selesai.
Pihak masyarakat cukup geram karena dijanjikan bahwa pembangunan huntap akan selesai sebelum akhir Agustus, tetapi hal itu tidak dipenuhi oleh pihak pengelolah pembangunan huntap.
Relokasi rekonstruksi proyek pembangunan Huntap dalam skala prioritas pengelolaannya dikeroyok oleh korporasi perusahaan BUMN, baik di Kota Palu maupun Sigi, proyek itu didanai oleh budgeting Loan World Bank sebesar 175 Milyar lebih, hingga menyangkut (concerning) titik garap akhir pengerjaan Huntap 287 unit di Desa Bangga Kecamatan Dolo Selatan diduga akan menyeberang bulan, progres pekerjaan diperkirakan mencapai bobot 95 persen.
Pantauan group deadline-news.com, detaknews.id, deadlinews.co dan morwalipost.com Rabu (21/8-2024), Pembangunan proyek itu diduga akan menyeberang bulan, jika melihat kondisi pergerakan pekerjaan itu sampai hari belum juga tuntas 100 persen.
Pasalnya masa kontrak kerja yang seharusnya berakhir pada Agustus 2024 tahun ini. Akan tetapi usut punya usut, proses pengerjaan pembangunan Huntap tersebut hingga saat ini belum juga tuntas, meski telah ketahap fishing serta rekonstruksi infra, secara teknis capaian bobot pekerjaan diperkirakan baru 95 persen.
Saat ini proses segmentasi pengerjaan relokasi Huntap berjumlah 287 unit, untuk tahap finishing itu pengerjaanya sedang digenjot oleh pihak penyedia jasa diantaranya adalah PT. Adi Karya PT. Andica Prasaktian Abadi dan Waskita Karya. Akan tetapi pada pengerjaan Huntap 51 unit yang dikerjakan PT. Waskita sudah kelir dan telah usai masa kontraknya.
Sementara segmentasi pengerjaan Huntap yang belum tuntas yang dikelolah PT. Adi Karya dan PT. Andica Prasaktian Abadi masih dalam proses finishing. Dua perusahaan BUMN itu, juga masih menyisahkan item pengerjaan yang sepenuhnya belum rampung antara lain:
Rekonstruksi segmen 1 Huntap 146 unit digarap oleh PT. Adi Karya, dan untuk segmen 3 Huntap 90 unit digarap oleh PT. Andica Saktian Abadi. Diketahui secara keseluruhan pada bagian fisik bangunan itu pengerjaannya sudah rampung, namun secera teknis konstruksi bangunan yang didesain model Rissa tipe 36 atau ukuran 6×6 itu, tampak dinding samping kiri – kanan, dan pada bagian belakang serta dibagian dalam huntap yang juga difasilitasai 2 kamar itu, dilengkapi dengan fasilitas kakus atau WC (weter closet) namun teknis pengerjaannya tidak dipoles dengan lapisan semen plateran.
Dibeberapa item pekerjaan termasuk (kinetic) pergerakan landscape sepanjang jalur peningkatan infra bakal jalur akses utama, dan begitu juga koridor Huntap, sementara dalam proses pengecoran rabat beton. Idealnya, Progres pekerjaan memang tampak belum signifikan bobot diperkirakan baru 20 persen.
Belum lagi sphil meterial timbunan yang terdapat di lorong-lorong pondasi pembatas bangunan huntap itu terlihat kurang padat, bahkan disejumlah lorong bangunan huntap pun, sphil material timbunnya diampar dengan serampangan dan tidak pekat.
Begitu juga Konstruksi pada bagian kap (atap) bangunan huntap itu, diduga sebagian kapnya menggunakan atap yang tidak sesuai dengan ketentuan standar kriteria bahan material yang digunakan untuk rekonstruksi bangunan. Mestinya bahan bangunan yang dianggap afkier, tak lagi layak pakai alias sudah bolong.
Dan juga disinyalir metode pengerjaan bangunan huntap 287 unit di desa Bangga diduga dibuat dengan serampangan oleh para penyedia jasa.
Menurut beberapa warga penyitas desa Bangga, saat ini sebagian mereka mengeluhkan atas janji pemerintah atau penyelenggara dan Penyedia jasa PT. Adi Karya, PT. Waskita Karya dan PT. Andica Parsaktian Abadi selaku pride pengololah proyek pembangunan Huntap (Hunian Tetap) itu, bahkan mereka sudah mendapat himbauan dari pihak penyelenggara dan pihak penyedia, bahwa perihal kepindahan kami atau masyarakat penyitas yang mayoritas berasal dari desa setempat.
“Dengan iming-iming pada Agustus bulan ini, secara resmi mereka akan dipindahkan dan telah menempati Huntap tersebut,” hal itu diungkapkan beberapa warga (penyitas) desa Bangga yang meminta nama mereka tidak disebutkan saat menjawab awak media.
Selain itu disebutkan kembali oleh salah seorang warga yang juga meminta namanya tidak disebutkan, terkait relokasi pembangunan Huntap yang ada di desa Bangga terbagi didua titik lokasi yakni, relokasi pembangunan Huntap jumlah 141 unit terdapat di areal dusun 2 sedangkan jumlah Huntap 146 terdapat didusun 3, relokasi proyek pembangunan Huntap dusun 3 letaknya berada diatas bukit yang landai dan agak berjurang, bloknya bangunan Huntapnya pun diposisikan terpisah.
Kata dia, kali pertama eksen kerja proyek yang dikelolah oleh tiga perusahaan BUMN itu, pada awal kontrak dari ketiga proyek rekonstruksi Huntap itu dimulai bulan Agustus 2023 tahun lalu dan batas waktu kontrak kerja adalah 1 tahun.
“Mestinya masa penyelesaian garap tuntas proyek tersebut berakhir juga di bulan yang sama pada 2024 tahun ini,” tuturnya.
Lanjutnya terkesan menyoroti, menurut kabar yang beredar, sebelumnya antara pemerintah dan penyedia jasa andil pengelolah rekonstruksi Huntap tersebut sudah mewanti-wanti tetntang kepindahan para penyintas, bahwa pada pertengahan bulan agustus ini mestinya para penyentas terdampak pasca bencana Pasigala, resmi pindah dan menempati Huntap itu setelah pengresmian bulan Agustus dan sekali gus penyerahan serah terima kunci itu usai dilakukan.
“Namun fakta berkata lain, tenyata hingga saat ini prsoses pembangunan Huntap tersebut belum tuntas,” keluhnya.
Menanggapi hal itu, Ismail selaku pelaksana PT. Adi Karya mengatakan, pihaknya tidak menangkis ada isu yang saat ini berseliwiran diluaran sana, ada kemungkinan hanya berkembang diseputaran desa Bangga saja, hal tersebut wajar-wajar saja dan kami cukup memakluminya.
“Dilain sisi pembangunan huntap kontras juga dengan resiko kinetic plus-mayor atau tingkat kestabilan sortasi dalam pengelolaan proyek, sampai ke perihal terkendala karena soal retensi (progress Billing) terkait keuangan proyek. Adapun faktanya relokasi pembangunan Huntap ini posisinya memang berada diareal bukit yang landai,” ungkap Ismail.
“Sehingga membuat baik tim teknis maupun pekerja proyek sedikit terkendala dengan kontur tanah yang landai dan naik turun. Makanya saat pelaksanaan aksen kerja dimulai sedikit banyaknya para pekerja proyek dihadapkan dengan situasi yang bersinggungan dengan faktor alam yang sulit untuk diprediksi,” tutur Ismail.
Mengenai proses pengerjaan pembangunan Huntap 146 unit menurutnya, secara teknis selaku penyedia jasa profesional dan konsisten mengikuti metode dan aturan kerja yang berlaku, terlebih lagi saat ini progres kerja menjelang finishing sudah cukup signifikan mencapai 95 persen.
Meski ketambahan elevasi kerja tinggal perampungan infra, bentangan sertukil dimulai dari titik jalur awal sampai ketitik landscape jalur akhir sejauh kurang lebih 500 meter. ambang batas jalur sertukil sesuai titik koordinat ploting sesuai desain gambar, setelahnya mencakup jalur kompleks akan dilakukan pengecoran rabat beton sesuai standar kepekatan agregat .
“Begitu juga pada bagian koridor blok kompleks, secara keselurahan diampar dengan rabat beton, bahkan dibeberapa titik blok pengaparan pengecoran rabat betonnya sudah tuntas,” katanya.
Lebih lanjut Pelaksana Adi Karya menegaskan, dia mengaku, meski pengerjaan proyek ini sedikit mengalami keterlambatan, bahkan telah menyeberang bulan, akan tetapi optimalisasi kesesuaian sistem penerapan spek (model) dan metode tata kelolah peroyek telah sesuai standar dan aturan kerja yang berlaku.
Dia juga membeberkan perihal pembangunan Huntap pasca bencana Sulawesi Tengah di desa Bangga, adalah bagian paket proyek prasarana unit kapling Huntap Kota Palu, Donggala dan Sigi, dengan menelan total anggaran sebesar 175 milyar.
“Lalu kemudian mengait target penuntasan pengerjaan pembangunan huntap serta fasilitas lainnya termasuk jalur infra, kalau tidak aral melintang pekerjaan diperkirakan akan selesai akhir September bulan depan,” pungkasnya.
Hal yang serupa juga disampaikan Engkos, Pelaksana proyek PT. Andica Prasaktian Abadi (APA) , Kata dia kini pekerjaan proyek pembangunan Huntap 90 unit semua sudah tuntas, dan tinggal penyelesaian, infra atau rabat beton ditiap-tiap koridor blok kompleks Huntap dan deker, juga saluran air (drainase). Meski pengerjaan proyek ini terkesan menyeberang bulan, namun diperkirakan pekerjaan infra, beberapa item lainnya akan selesai pada akhir September bulan depan.
Proyek Pembangunan Hunian Tetap Paska Bencanan Sulawesi Tengah Serta Prasarana Kavling Unit Tahap 2F Desa Bangga, melekat di Kementrian PUPR Dijen Penyediaan Perumahan, Balai Pelaksana Penyediaan perumahan Sulawsi ll dan Satuan Kerja Perumahan Sulawesi Tengah.
Proyek tersebut di geber korporet BUMN yaitu PT. Adi Karya, PT. Waskita Karya dan PT. Andica Prasaktian Abadi. Ketiga perusahaan BUMN tersebut dipantek dengan sumber dana Loan World Bank, namun sangat disayangkan hanya Penyedia jasa PT. APA yang masih berdiri papan proyeknya, dengan nilai bandrol Rp. 40.137.056.341.- (milyar).
Adapun proses pembangunan Huntap dan pengkodisian pambangunan jalur infra serta beberapa pekerjaan item lainya agak telat, Pelaksana proyek itu juga mengaku bahwa pengelolaan rekonstruksi Hutap serta mobilisasi alat dan fasilitas lainnya telah melewati ambang batas kotrak kerja yang berawal pada Agistus 2024 tahun lalu, yang seharusnya masa kontrak kerja berakhir pada bulan Agustus 2024 tahun yang sama,” imbuh Engkos.
Dia juga menambahkan, keterlambatan pekerjaan ini dikarenakan oleh banyak faktor yaitu, cuaca ekstrim di kawasan desa Bangga ini sulit diprediksi, belum lagi terkadang ada hambatan faktor lain sehingga membuat pekerjaan acap kali jadi tertunda.
“Namun dengan kegigihan para pekerja ujar pelaksana proyek itu, dan juga saat ini penyedia jasa PT. APA akan terus berupoaya seoptimal.mungkin menggenjot pekerjaan ini samapi tuntas. walhasil capaian maksimalisasi progres diperkirakan 95 persen,” katanya.***