AlamDaerahPeristiwaUtama

YKL Indonesia dan Yayasan Bonebula Luncurkan Kegiatan Rehabilitasi Mangrove di 6 Desa Donggala

Foto Direktur Yayasan Eksekutif Bonebula saat memberikan penjelasan target kegiatan dalam launching kegiatan dan Direktur Eksekutif YKL Indonesia, serta Perwakilan dari Yayasan KEHATI menyerahkan secara simbolis bibit pohon mangrove asosiasi kepada perwakilan masyarakat untuk ditanam di area rehabilitasi

Ilong (detaknews.id) – Donggala – Dalam rangka memperingati Hari Mangrove Sedunia 2025, Yayasan Konservasi Laut (YKL) Indonesia bersama Yayasan Bonebula secara resmi meluncurkan kegiatan kksi rehabilitasi mangrove di tingkat tapak berbasis inisiatif lokal di enam desa pesisir Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.

Kegiatan ini dilaksanakan di Pantai Baturuko, Desa Lalombi, dihadiri oleh berbagai pihak termasuk pemerintah daerah, komunitas anak muda, jurnalis, dan komunitas masyarakat lokal, Minggu, (27-07/2025).

Kegiatan rehabilitasi ini merupakan bagian dari Program SOLUSI (Solusi Pengelolaan Lanskap Darat dan Laut Terpadu di Indonesia) didukung oleh Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) yang merupakan salah satu anggota konsorsium SOLUSI.

SOLUSI sendiri merupakan kemitraan antara pemerintah Indonesia (BAPPENAS) dan pemerintah Jerman (BMUV) melalui Inisiatif Iklim Internasional (IKI) yang diimplementasikan secara bersama oleh konsorsium untuk menangani degradasi lahan dan bentang laut di Indonesia, dengan meningkatkan ketahanan ekosistem serta mata pencaharian yang dapat beradaptasi terhadap perubahan iklim.

“Melalui aksi ini, kami ingin menunjukkan bahwa pemulihan ekosistem mangrove bukan hanya soal menanam pohon, tetapi tentang mengembalikan fungsi ekologis dan sosial kawasan pesisir,” ujar Andi Anwar, Direktur Eksekutif Yayasan Bonebula.

“Prosesnya kami rancang secara partisipatif, dari pemetaan, desain teknis, hingga pemantauan, agar masyarakat benar-benar menjadi pemilik inisiatif ini.” tambah Andi Anwar.

Rehabilitasi akan dilakukan di Desa Lalombi, Tolongano, Tompe, Lompio, serta Kelurahan Labuan Bajo dan Tanjung Batu. Total luasan kawasan yang akan direhabilitasi mencapai 25 hektar, dengan metode yang menggabungkan pendekatan Ecological Mangrove Rehabilitation (EMR), Assisted Natural Regeneration (ANR), serta penanaman langsung dan penyebaran benih.

Nirwan Dessibali Direktur Eksekutif YKL Indonesia, menambahkan, Mereka Percaya pada kekuatan aksi lokal.

“Kami percaya kekuatan aksi lokal. Enam desa ini telah melalui tahapan panjang, studi pustaka, pemetaan partisipatif, hingga pengesahan rencana rehabilitasi yang clear and clean. Ini bukan hanya soal teknik, tapi juga membangun rasa kepemilikan masyarakat terhadap kawasan mangrove mereka,” ungkapnya.

Kegiatan ini tidak hanya berfokus pada rehabilitasi, tetapi juga pada tahapan penting seperti monitoring, evaluasi, dan perawatan selama dua tahun ke depan. Data pertumbuhan akan dikumpulkan secara berkala untuk memastikan keberhasilan rehabilitasi dan menjadi dasar pembelajaran untuk wilayah lain.

Nirwan berharap melalui kegiatan ini, masyarakat Donggala diharapkan semakin sadar pentingnya hutan mangrove sebagai benteng alami dari abrasi dan perubahan iklim, sekaligus sebagai penyokong utama ekonomi pesisir yang berkelanjutan.

Firda, ketua kelompok masyarakat SALAMA (Sahabat Laut dan Mangrove) mengatakan, dapat banyak pembelajaran dari proses kegiatan aksi rehabilitasi ini. Dimana masyarakat dilibatkan sejak awal dalam penyusunan desain hingga penetapan lokasi.

“Sekarang kami mengetahui cara menanam mangrove yang baik. Bukan hanya sekedar menanam, perlu tau lokasinya apakah sesuai dan apa yang perlu dilakukan  sehingga tanaman tumbuh dengan baik,” ujar Firda.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *