Desa Mari Mari Terancam Hilang
“Solusinya Normalisasi Sungai”

Esra (detaknews.id)-Luwu-Desa Mari Mari Kecamatan Sabbang Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan terancam hilang.
Bagaimana tidak saban tahun dilanda banjir bandang. Sebab sungai saluampak yang merupakan batas wilayah Kabupaten Luwu dengan Luwu Utara itu selalu meluap setiap tahun.
Akibatnya warga desa mari mari selalu kebanjiran. Rumah rumah, kebun dan sawah mereka setiap tahun terendam air sungai saluampak.
Hal ini terjadi karena hutan dihulu sungai saluampak sudah rusak, gundul sehingga mengakibatkan erosi dan banjir.
Sementara dibagian hilir terjadi pendangkalan. Sebab material yang hanyut dibawa air banjir dari hulu menumpuk di bagian hilir, sehingga terjadi sedimen. Makanya jika banjir air meluap ke perkampungan warga di desa mari mari dan desa tetangga lainnya.
Dikutip di akun Desri Alla Liamata menuliskan Kami masih Indonesia. Kami punya pemimpin. Tapi sudah bertahun tahun Mari Mari kami bersahabat dgn luapan air sungai Saluampak.
Bukan karena kami suka bermain air. Bukan karena kami suka bermain lumpur. Bukan juga karena kami terlalu rajin dan kuat mengangkat barang2 kami agar tak terendam air.
Kami juga lelah bahkan anak2 kami juga harus terbiasa dgn gatal dan diare. Dimana para pemimpin kami, dimana para elit politik yg hobby bicara soal kesejahteraan. Entahlah.
Mungkin mereka sibuk menyusun strategi dan omong kosong untuk 2024 nanti. Sudah berkali2 para elit menjanjikan pembenahan namun sampai malam ini kami masih harus tidur diantara genangan air.
Ohh kami tahu. Mungkinkah tenggelamnya Desa Mari Mari suatu saat nnti yg akan menggerakkan hati pemimpin kami yg trcinta?
Kami tak butuh berkardus2 mie instan. Kami tak butuh ditinjau berkali2 namun tak pernah ada tindakan. Kami hanya butuh sungai kami dibenahi. Apakah tenggelamnya Saluampak dinantikan untuk jadi panggung para elit jika sudah terlanjur nanti. KAMI BUTUH TINDAKAN NYATA BUKAN JANJI PALSU Indahnya Lutra Presiden Joko Widodo.
Kemudian dikomentari akun Thina Basongan “jgn ter,ipnotis dgn amplod putih jka bertemu malam2 ditutup dengan emonji tertawa lebar.
Sementara akun Arnita Putri S melontarkan komentarnya “Disurvei untuk pembagian sembako korban yang terkena banjir, meding uang pembeli sembako pakai buat tanggul biar masyarakat lebih aman.
Akun Asrianto Bela menuliskan “saya sarankan kl ada orang politik sekalipun tetangga, sekalipun keluarga kl tdk bs berbuat apa-apa hanya memperkaya diri sendiri untuk apa dipilih lagi.
Kemudian akun Lebang Rantetoding memberikan ulasan komentar “Bukan bermaksud saling menyalahkan, sekedar sharing saja, hulu sungai s.ampak sdh rusak/gundul, erosi dgn mudah terjadi sehingga pendangkalan sungai krn endapan sedimen.
Reboisasi butuh ratusan tahun (kata ahli lingkungan hidup), tindakan yang paling tepat saat ini adalah : Normalisasi/pengerukan dan bronjong, yg mjd masalah kr s.ampak adalah batas ka.Luwu-Lutra, kewenangan ada pd Provinsi (PSDA) daerah sebatas koordinasi, disini dibutuhkan kepedulian pemerintah daerah (eksekutif dan legislatif) untuk mendorong provinsi melakukan penanganan.
Dulu sekitar pasar tlh dibronjong tinggal dilanjutkan. Untuk itu kedepan pilihlah pemimpin yg punya kapasitas dan kepedulian untuk mengatasi mslh d s.ampak jgn krn vulus 100,200rb..sekedar masukan saja.”
Banyak lagi komentar – komentar yang negatif dan konstruktif di sejumlah akun yang berteman dengan akun face book Desri Alla Liamata tentang banjir di desa Mari Mari itu yang saban tahun melanda daerah itu. ***