Proyek SPAM Senilai Rp. 555 Miliar, Diduga Serampangan dan Asal-Asalan
Nelwan (detaknews.id) – Sigi – proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) pasca bencana alam Pasigala sejauh 150 KM dibandrol senilai Rp. 555.571.000.000 (Miliar) yang dikelolah entitas korporasi perusahaan BUMN, diduga menyisahkan kecenderungan dampak lingkungan dan jejak penyimpangan penimbunan pipa HDPE disejumlah titik bahu jalan poros Palu – Bangga sepanjang – + 6 KM, ambruk dan berlobang.
hal itu menimbulkan keluhan dan kekhawatiran para pengguna jalan hingga berpotensi rawan kecelakaan. Diakibatkan kurang padatnya timbunan material (spill) tanah buangan disepanjang bahu jalan bekas pengolahan proyek pipanisasi itu, hingga berimbas pada insiden kecelakaan yang sering dialami oleh para pengguna jalan yang kerap berlalu lalang di pelintasan jalan poros tersebut.
Sayangnya hasil pekerjaan itu menyisahkan jejak penimbunan pipa jenis Higt Density Polythene (HDPE) sedalam 1.1/2 meter itu, disejumlah titik bahu jalan poros Palu – Bangga ambruk dan berlobang, diduga penimbunan semua pipa raksasa itu dikerjakan dengan serampagan dan asal-asalan.
Pantauan group detaknews.id, diketahui sejumlah titik bahu jalan tersebut, mengalami ambruk atau jebol hingga membentuk lobang yang cukup dalam, hingga dikhwatirkan dapat membahayakan dan mengancam keselamatan para pengguna jalan.
Dibeberapa titik landscape pada bentangan bahu jalan poros Palu-Bangga itu, banyak terdapat lobang, disinyalir penyedia jasa (kontraktor) saat memprospek aksenitas penimbunan pipa-pipa mutu HDPE itu, baik pihak penyelenggara proyek maupun penyedia ditengarai ada penyimpangan dan hanya ingin meraup keuntungan alias kocek dibanding keselematan para penggunan jalan, maka impek dari protek membungkus bargening manufer secara frontal sehingga pihak penyedik terkesan abay terhadap kuantintas pekerjaannya, lalu memprotek pekerjaan proyek SPAM tersebut secara rapi dan elok, padahal pengerjaan pipanisasi itu terkesan dikerjakan dengan serampangan dan acak-acakan.
Pasalnya pihak penyedia jasa itu juga dinilai tak mau ambil resiko menggunakan alat berat (storm wales) yang layak, sehingga membuat bekas pemadatan timbunan yang pekat tersebut, makanya menyebabkan semua jalur landscape pada bahu jalan poros lintas Kabupaten tersebut mengalami ambruk (tanah turun) lalu membentuk liang yang kian dalam, dan melebar dimana-mana.
Diantaranya, penampakan lobang yang cukup parah tersebut terdapat di bahu jalan Desa Beka, Desa Sibedi, Desa Padende di Kecamatan Marawola. Sedangkan lobang eks timbunan yang ambruk (tanah turun) lainnya terdapat juga disejumlah titik pada bahu jalan di Desa Pewunu Dolo Barat Sigi.
Menanggapi hal itu Syahrir Pakamundi salah seorang Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Sigi yang juga selaku pemerhati Lingkungan mengatakan, disinyalir karena akibat terjadi kesalahan teknis dari beberapa pihak penyedia jasa dari afiliasi korporat BUMN beserta beberapa KSO perusahaan swasta lainnya, atas ihwal wujud legel stending yang diperoleh, kemudian sejumlah penyedia (kontraktor) korporet BUMN yang juga didukung oleh sejumlah KSO perusahaan swasta lain.
Pengelolahan proyek SPAM atau Work For PASIGALA Raw Water Transmision System Rehabilitation (WFPRWST) pasca bencana alam diproyeksikan oleh pihak penyelenggara yakni liding sektor BWSS lll Palu Sulawesi Tengah untuk dimobilisasi mengulik output pengelolaan proyek SPAM. Karena kurang padatnya penimbunan spill tanah buangan diatas galian sedalam 1.1/2 meter itu, sehingga material dibawah permukaan tanah tersebut mengalami pengikisan yang cukup signifikan,” kata Syahrir.
Lanjut Sayahrir, sejumlah korporasi perusahaan BUMN yang terlibat dalam pengololaan proyek Sitem Penyediaan Air Minum (SPAM) pasca bencana alam sejauh 150 KM dibandrol senilai Rp. 555.571.000.000 identik dengan persiapan-persiapan yang cukup matang dan tentunya terealisir dalam skala prioritas.
“Bukan hanya itu saja, sejauh ini, sudah banyak para pengguna jalan yang menjadi korban kecelakaan di sepanjang jalan tersebut, bahkan diantara para korban kecelakaan itu ada yang mengalami luka parah dan patah tulang, dan ada juga korban kecelakaan yang berujung maut ditempat itu,” imbuhnya.
“Jika hal ini terus diabaikan, baik penyedia jasa maupun baik penyelenggara proyek, bukan tidak mungkin, karena akibat struktur pengelolaan proyek yang dikerjakan dengan asal-asalan itu, akan terus menimbulkan polemik dan menambah kekhawatiran masyarakat yang mayoritas mereka adalah para pengguna jalan,” tandasnya.
Kata dia, mestinya pihak penyedia jasa harus tanggap atas hasil penimbunan pipa-pipa itu, sejumlah titik bahu jalan dipelintasan Palu – Bangga menyisahkan pekerjaan yang diduga dikerjakan serampangan dan asal-asalan dan tak memimikirkan resiko dampak lingkungan serta bahaya yang mengancam terhadap para pengguna jalan.
“Seharusnya saat aksenitas penimbunan pipa pada bahu jalan itu, pihak penyedia jasa (kontraktor) mesti menggunakan fasiltas alat press yang memadai, agar semua material tanah atau spill (buangan) usai pemadatan, harus di press sesuai kontur tanahnya seperti semula,” protesnya.
Dia juga menambahkan, wujud dari peningkatan pembangunan infrastuktur diberbagai sektor rill yang dieksploitir pasca bencana alam Pasigala baik kota Palu maupun di wilayah Sigi, yang digeber BWS atau Pemda Sulawesi Tengah, yang bekerja sama dengan sejumlah entitas korporasi BUMN guna mengakselarasi pembangunan mencakup rehap rekon semua fasiltas umum diantaranya:
Proyek rehab rekon Irigasi Gumbasa, proyek peningkatan ruas jalan dan jembatan penghubung atau pengaspalan Jalan poros lintas Kabupaten dan poros lintas provinsi, proyek rehab rekon pembangunan sejumlah hunian tetap, baik di kota Palu maupun di Sigi.
Upaya pemerintah guna memobilisasi proyek multi years dengan tujuan melakukan perbaikan semua fasilitas yang terdampak bencana alam, seluruh proyek yang berskala nasional itu, dikelolah oleh korporat perusahaan BUMN,
“Namun sayangnya banyak pekerjaan dari entitas penyedia jasa (kontraktor) itu, kini meninggalkan rekam jejak pekerjaan tidak sesuai ekspektasi dan diduga menyalhi aturan kerja,” ucapnya.***