Diduga Ada Kepentingan Sepihak dari Kontraktor, Kualitas Proyek Rehabilitasi Rabat Beton Palupi – Bangga Tidak Maksimal
Pemerintah Diminta Audit Pengerjaan Proyeknya

Nelwan (detaknews.id) – Sigi – Proyek peningkatan pembangunan infrastruktur Rehabilitasi Ruas Jalan, Palupi – Bangga Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah, plot titik nol pengerjaan dimulai dari ruas jalan Simoro – Baliase (batas Kota Palu), proyeksi sistem tata kelola proyek itu disinyalir mengalami defisiensi krusial dan terus menuai beragam komentar miring publik.
Diketahui struktur pengoperasian konstruksi rabat beton di bahu jalan juga diduga tak maksimal alias melenceng dari akumulasi besteg.
Hasil investigasi deadline-news.com group (detaknews.id), temuan adanya kejanggalan dalam struktur pengelolaan sejumlah konstruksi rabat beton disepanjang bahu jalan paket pekerjaan Rehabilitasi Ruas Jalan Palupi – Bangga (Baliase Bts Kota Palu – Simoro), menuai banyak protes dari berbagai pihak.
Sorotan itu menimbulkan spekulasi beragam dari pemerhati yaitu menyangkut mutu ketahanan dan kestabilan infra rabat beton, dan hal yang paling mendasar adalah polemik soal klasifikasi pelaksanaan serta pengulikkan tata ruang proyek itu tak beraturan, dan terlebih lagi adalah internal soal penggunaan anggaran dalam tata kelola proyek itu, yang juga ditengarai ada unsur kepentingan sepihak, sehingga mengakibatkan kecenderungan dan ketimpangan dalam hal teknis pengelolaan proyek yang tak berimbang.
Dan berimbas juga pada faktor brutalnya penggunaan advis, hingga membuat para kontraktor mengenyampingkan standar operating prosedural tata kelola proyek yang telah tersurat dalam rencana anggaran perbelanjaan notebene tak mengutamakan nilai dan kualitas hasil pekerjaan.
Eskalasi pergerakan dan proses pengerjaan proyek itu secara sistematis ter-progres dengan mulus dan signifikan, padahal dalam struktural pengelolaan dari sejumlah entitas para penyedia jasa yang kebagian andil paket proyek itu juga ditengarai tidak manut dan abai terhadap aturan kerja.
Indikator kualitas spek dan bobot rabat beton disejumlah titik garab juga dinilai minim kualitas atau rapuh (Fragile) dan kurang pekat, begitu juga stabilitas untuk semua struktur pada elemen literal konstruksi beton infra rabat beton itu disinyalir adanya gejala kejanggalan dalam memproses setiap acuan untuk kebutuhan dasar proyek, baik imateril maupun material terkesan masif.
Maka seharusnya dari pihak yang berkewenangan patut melakakuakan audit dab tindak lanjut tinjau ulang kelokasi proyek tersebut.
Kesemrawutan kuantitas bobot konstruksi infra disepanjang jalan poros Palu – Bangga, obyek produksi secara keselurahan minim kualitas, kini kondisi sejumlah infra rabat tersebut mengalami retak-retak, sangat rapuh dan gampang pecah, hingga dapat diprediksi usianya hanya seumur jagung.
Proyek itu melekat di leading sektor PUPR Dinas Bina Marga Penataan Ruang Provinsi Sulawesi Tengah, akan tetapi para kontraktor yang terlibat dalam andil pengelolaan proyek rehabilitasi jalan ruas Palupi – Bangga, termasuk juga dengan penyelarasan over skema atau dalam gain transitif untuk bentangan jalur pengerjaan infra rabat beton pada ruas bahu jalan Baliase Bts Kota Palu – Simoro itu, banyak ditemukan kejanggalan dalam pengelolaan tata ruang proyek tersebut.
Tak ayal bahwa spesifikasi spek hasil pengerjaan proyek tersebut dinilai tak sesuai aturan kerja atau menyalhi ketentuan besteg.
Sepeti halnya pengerjaan infra rabat beton sepanjang kurang lebih 22 kilo meter yang titik nolnya dimulai dari Desa Pesaku Kecamatan Dolo Barat, secara tehnik metode sistem pengulikkan rabat beton disepanjang bahu jalan itu tidak optimal
Diduga bahwa mekanisme pengoperasian untuk penggunaan struktur literal bahan material bakal kepekatan spek juga diduga melenceng dari aturan kerja.
Indikasi yang mencolok adalah prospektif dalam perencanaan pembagian poksi dari pihak Dinas penyelenggara proyek, dan merepresentasikan proses keberlanjutan tahap transtitif paket pekerjaan plus – mayor kepada sejumlah kontraktor.
Hingga penetapan paket pekerjaan lanjutan terkait pelaksanaan peningkatan ruas jalan Palupi – Bangga (Baliase – Bst Kota Palu Simoro) untuk tahun anggaran 2025 jatuh pada CV. Anugerah Cinta Abadi, yang di protek dengan nomor kontrak 622/174/SP – DIS – BMPR.
Sumber dana berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Dana Alokasi Khusus (DAK), dan nominal nilai kontrak dibandrol dengan pagu sebesar Rp. 1.263.380.000,00.
Tetapi sayangnya disejumlah obyek titik eks pengerjaan bahu jalan (rebat beton) terdapat banyak konstruksi beton itu yang mengalami retak-retak, diduga karna akibat leksikal bahan literal campuran material semen dan agregat pendukung tidak maksimal, sehingga membuat tingkat kekuatan konstruksi rabat beton menjadi labil dan rapuh, jika dilihat dari preferensi tingkat ketahanannya, bisa jadi hampir keseluruhan rabat beton itu tak akan bertahan lama, dan mustahil bertahan sampai 5 tahun.
Sorotan tersebut, juga mengundang kekhawatiran masyarakat yang bermukim disepanjang pelintasan jalan poros Palu – Bangga, faktor utama yang menjadi obyek keluhan publik yaitu masalah tidak optimalnya pengerjaan proyek tersebut.
Hal itu dilontarkan juga oleh dua orang warga Desa Pesaku dan warga Desa Bobo – Dolo Barat Sigi yang meminta nama mereka tidak disebutkan menjawab deadline-news.com group detaknews.id, menurut mereka, bahwa sejak dimulainya pekerjaan proyek itu, kami belum pernah melihat para pekerja proyek itu menggunakan plastik (ready mix) untuk bahan dasar pengecoran rabat beton disepanjang bahu jalan tersebut.
Padahal mestinya bahan plastik (ready mix) itu harus disertakan sebagai lapisan bahan dasar pengecoran untuk kekuatan rabat beton tersebut.
Selain itu kami juga meragukan kekuatan seluruh rabat beton itu, begitu juga eks pengerjaan rabat beton disejumlah titik pada bahu jalan yang terdapat Desa Bobo, Desa Jino dan Desa Sambo, kami juga meragukan kualitas konstruksinya.
Bukti atas kesemrawutan kontraktor yang mengelola proyek itu, secara kasat mata kini fakta dari hasil pekerjaan infra tersebut, padal baru sekitaran 2 tahunan pembanguan rabat beton itu, sudah banyak mengalami retak-retak yang cukup parah.
“Parahnya, sejumlah rabat infra yang terdapat di gerbang pemukiman warga di Desa setempat, kondisi konstruksi rabat betonnya memprihatinkan dan terlihat rapuh dan berlobang dan juga hampir ambruk akibat sering tergerus oleh air hujan,” imbuhnya.
“Kami menduga bahwa campuran material semennya min atau tidak maksimal,” urai keduanya.
Lanjut keduanya kembali menimpali, seperti halnya proses pekerjaan proyek rabat infra yang terdapat di Desa Pesaku, beberapa orang warga juga mengeluhkan terkait kekhawatirannya soal pengerjaan proyek itu yang kurang maksimal.
“Pasalnya, mulai dari titik nol hingga ke proses pengerjaan lanjutan, tampak konstruksi beton infra di sepajang bahu jalan poros itu, dibeberapa titik infra betonnya sudah ada yang mengalami keretakan yang cukup serius,” kata keduanya.***