Kondisi Jembatan Wuno Di Kawasan Tulo – Sigi Sebagian Opritnya Ambruk Dan Belobang, Diduga Ada Kepentingan Pribadi Dalam Pengelolaannya
Dinas Pekejaan Umum Bidang Bina Marga Diminta Untuk Mereview Ulang

Nelwan (detaknews.id) – Sigi – Kondisi oprit dan struktur konstruksi turap dinding penahan tanah jembatan Wuno yang ada dibilangan Desa Tulo Kecamatan Dolo – Sigi di perlintasan track Palu – Kulawi jebol, material timbunannya ambruk hingga membentuk lobang besar dan kian meperihatinkan, kebeadaan lobang itu dapat berakibat fatal bagi para penggunan jalan.
Berdasarkan pantauan deadline-news.com group detaknews.id pada Selasa (28/4-2025), dikabarkan bahwa struktur konstruksi turap dinding penahan tanah (DPT) pada bagian oprit jembatan Wuno, selain ambruk, juga mengalami longsoran yang cukup parah hingga membentuk lobang besar, hingga menimbulkan kekhawatiran bagi para pengguna jalan.
Lobang besar itu suatu saat dapat membahayakan dan mengancam keselamatan para pengemudi yang kerap berlalu lalang di kawasan tersebut.
Kerusakan fatal pada bagian oprit jembatan serta DPT hingga menyebabkan lobang di bahu jalan jembatan, perlu adanya perhatian khusus dari Dinas yang berkewenangan untuk melakukan perbaikan atas ambruknya timbunan jembatan itu.
Dilaporkan juga bahwa penampakan ambruknya turap DPT dibagian oprit jembatan itu, hingga saat ini belum ada tidak lanjut atau penanganan dari pihak Dinas yang berkewenangan untuk mengantisipasi kerusakan oprit jembatan itu, atau paling tidak menutupi lobang tersebut.
Padahal pembangunan jembatan itu baru dibangun sekitaran 3 tahun yang lalu, akan tetapi sayangnya sekarang kondisi jembatan tersebut, baru seumur jagung sudah mengalimi kerusakan fatal pada pada bagian oprit dan turap dinding penahan tanah (DPT).
Diduga struktur konstruksi miringan DPT dan pondasi pada bagian dasar sungai itu kurang memadai pada saat pengerjaan sehingga gampang rusak, diperkirakan juga bahwa klasifikasi untuk kekuatan literal campuran dan elemen materialnya tidak optimal, sehingga menyebabkan turap itu gampang tergerus oleh air sungai.
Kekhawatiran adanya sejumlah kerusakan pada bagian sensitifitas jembatan itu juga memunculkan beragam tanggapan dari berbagai pihak, asumsi spekulasi miring.
Proyek pembanguanan jembatan itu dilisinyalir meninggalkan jejak brutal dalam hal pengelolaan proyek tersebut.
Dugaan yang paling mendasar yaitu akibat semrawutnya sistem pelaksanaan tata kelola proyek kala itu, hingga disinyalir juga antara penyelenggara proyek dalam hal ini adalah Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah Dinas Pekerjaan Umum Bidang Bina Marga dan penyedia jasa (Kontraktor) saling memprotek dalam lingkar bargening yang serta merta diselimuti tirai kabut internal dalam kepentingan masing-masing pihak.
Celakanya, kerusakan yang paling kursial adalah rewind menyangkut soal stabilitas terkait struktural dalam pembanguan konstruksi itu ialah menyakut dan mekanisme pergerakan proyek yang kala itu ditengarai abay terhadap aturan kerja yang belaku.
Belum lagi menyangkut proses pengulikan dan capaian progres pembangunan jembatan wuno, juga disinyalir tidak maksimal, dan betapa rendahnya kualitas struktur elemen material yang digunakan oleh penyedia jasa ketika mengelola pembangunan jembatan itu.***