Berorganisasi Adalah Perlawanan: Membangun Gerakan Feminisme di Kota Palu
Ilong (detaknews.id) – Palu – Organisasi Perempuan Mahardhika bekerjasama dengan Perempuan Normarae mengadakan Sekolah Feminis Palu, yang berlokasi di Gedung Aula BPMP Prov. Sulteng.
Sekolah Feminis Palu bertujuan untuk membangun gerakan feminisme yang ada di lingkup kota Palu. Peserta yang berjumlah 13 orang berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari mahasiswa hingga aktivis.
Pada hari kedua Sekolah Feminis Palu (26/4), para peserta melakukan review materi hari pertama, mengenai kesan dan pesan yang didapatkan. Lalu dilanjutkan dengan materi pertama yaitu Perempuan Bercerita, yang dibawakan oleh ibu Bidayah, selaku Perempuan Adat di Kelurahan Buluri, Kota Palu.
Ibu Bidayah menjadi korban atas pembangunan tambang sirtu yang ada di Kota Palu. Ia menyebutkan lebih banyak kerusakan daripada kemajuan.
Kemajuan hanyalah satu, yaitu uang. Kerusakan yang muncul juga ialah narkoba yang menyasar anak muda di sekitaran lingkungan tempat tinggalnya.
Kemudian agenda dilanjutkan dengan materi kedua tentang Patriarki dan Kapitalisme. Materi ini membahas mengenai analisis dampak patriarki dalam Industri Pertambangan Nikel, yang dibawakan oleh Richard selaku ketua Yayasan Tanah Merdeka Sulteng.
“Tenaga kerja perempuan sering dikonstruksikan sebagai pelengkap. Bukan pencari nafkah utama. Jadi dalam satu keluarga biasanya perempuan yang bekerja. Pasti biasanya yang dianggap sebagai pencari nafkah utama yaitu laki-laki. Walaupun perempuan juga single parent, ia tetap dianggap sebagai pencari nafkah sekunder,” ujar Richard.
Materi ketiga dibawakan oleh Afifah dari organisasi Perempuan Mahardhika. Ia membawakan materi mengenai Perjuangan Perempuan Tanauge setelah hadirnya Industri Nikel. Para peserta menonton cuplikan video mengenai kondisi perempuan di Tanauge. Setelah itu mereka dibagi tiap kelompok dan presentasi mengenai topik yang mereka dapatkan.***
