KotaPolitikUtama

Tantangan dan Harapan Dinamika Politik Pilgub Sulteng 2024

Ril (detaknews.id) – Palu – Hingga saat ini, belum ada kepastian mengenai jumlah partai yang akan mendukung para kandidat, dan masih berada pada tahap wacana. Menurut Darwis, seorang pengamat politik dan alumni S3 Universitas Gadjah Mada, menyatakan bahwa semakin banyak figur yang tampil, semakin besar peluang dan pilihan yang diberikan kepada masyarakat.

Darwis saat diwawancarai oleh jurnalis Detaknews.id di Warkop K4, menekankan bahwa ambang batas 20% atau 11 kursi di DPRD Provinsi Sulteng menjadi tantangan tersendiri. Dia menekankan pentingnya komitmen partai politik di Sulteng untuk membangun proses demokrasi yang lebih dinamis, alih-alih membangun hegemoni atau dominasi pada figur tertentu.

“Harapan saya semakin banyak figur yang tampil untuk memberikan peluang dan kompetisi yang semakin baik dalam dinamika demokrasi kita,” ujarnya.

Darwis juga menyoroti fungsi partai politik yang seharusnya mencakup rekrutmen politik, pendidikan, dan sosialisasi politik. Dia mengkritisi praktik monopolistik dalam pencalonan yang dapat menggerus proses demokrasi.

“Memang harus diatur dalam UU PKPU Nomor 7 Tahun 2017, tidak diatur secara tersirat bahwa partai politik harus dibatasi ketika kandidasi sudah mencapai 11 kursi,” tambahnya.

Lebih lanjut, Dr. Darwis menjelaskan bahwa setiap kandidat memiliki pendukungnya masing-masing, terutama petahana. Jika ada pengganjalan terhadap kandidat, maka aspirasi pendukungnya tidak akan tersalurkan.

Menurutnya, tujuan demokrasi bukan hanya untuk memenangkan pemilihan, tetapi untuk mengedepankan pendidikan dan etika politik. Dia juga menekankan pentingnya partai politik dalam membangun komunikasi antara rakyat dan pemerintah serta memberikan pendidikan politik yang berkualitas.

Saat ini, para influencer atau selebgram sudah menyatakan dukungan terhadap para kandidat calon gubernur Sulteng, Darwis mengingatkan agar mereka menghindari isu politik identitas yang sensitif.

“Jangan sampai influencer atau selebgram tampil akan menyinggung kelompok-kelompok lain,” tegasnya.

Terakhir, Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Tadulako itu berharap agar elit politik di Sulteng menjaga kebhinekaan dan menghindari isu-isu yang dapat menimbulkan konflik. Dia menegaskan bahwa Pilgub Sulteng harus menjadi contoh politik yang mengedepankan etika pasca Pilpres, dengan partai politik menjalankan fungsi dan memberikan peluang kepada semua kandidat.

“Sulteng dapat membangun proses demokratisasi yang mengedepankan etika politik,” tutupnya.

Pandangan pengamat politik ini memberikan wawasan penting mengenai tantangan dan harapan dalam Pilgub Sulteng, menyoroti pentingnya partisipasi yang sehat dan etika politik yang kuat dalam membangun demokrasi lokal yang berkualitas.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *