AlamDaerahKriminalUtama

Jemmy Jusuf : Sejak Dibangun Irigasi Bendungan Salugan Belum Fungsional

Ilong (detaknews.id) – Palu – Aktivitas Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di sungai Tabong dapat mempengaruhi kebutuhan irigasi bendungan Salugan di Kecamatan Lampasio Kabupaten Tolitoli sulawesi tengah, sekalipun sungai tabong berada dalam wilayah kabupaten Buol.

Tapi sungai tabong merupakan salah satu sumber air bendungan salugan. Sebab sungai tabong merupakan batas wilayah Buol dengan Tolitoli yang berada di pegunungan.

Proyek bedungan salugan ini mengaliri irigasi janja kompi yang dikerjakan sejak tahun 2017-2021 – 2022-2023 dengan anggaran kurang lebih Rp,189 miliyar. Proyek pembangunan infrastur pertanian itu fantastis nilainya dari anggaran pendanpatan dan belanja negara (APBN) dari 2017-2021 smapai 2022-2023.

Harapannya dengan proyek strategis nasional yang dikerjakan PT.Brantas Abipraya itu dapat memberikan dampak ekonomi khususnya produksi kebutuhan pangan nasional (pertumbuhan produksi pertanian).  Namun  apa yang terjadi sampai saat ini proyek irigasi bendungan Salugan itu  tidak memberikan dampak ekonomi yang memadai, sebab tidak tuntas pekerjaannya.

Di kabupaten Tolitoli khususnya di wilayah bendungan Salugan itu cukup luas lahan pertaniannya yakni sekitar 9000 hektar. Dan 3000 hektar diantaranya digadang-gadang untuk pasokan kebutuhan pangan nasional atau penyangga pangan di ibu kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur.

“Tapi dengan tidak tuntasnya proyek irigasi janja kompi bendungan salugan mempengaruhi produktivitas pertanian di daerah itu. Belum lagi maraknya PETI di dasar sungai tabong, semakin membuat irigasi bendungan salugan tak berfungsi maksimal,” kata Jemmy Jusuf anggota DPRD Tolitoli Fraksi Partai Golkar.

Ia menegaskan patut diduga ada ketidak beresan dalam perencanaan pembangunan bendung salugan dan tiga saluran irigasinya. Karena nyatanya ketiga saluran itu dikerjakan bersamaan bendungannya, tapi tidak tuntas dengan alasan anggaran tidak mencukupi. Akibatnya tiga saluran irigasi bendung salugan itu tidak fungsional.

Sedangkan yang dua saluran sudah dikerjakan tapi tidak fungsional yakni saluran Sibea dan saluran Salugan. Bahkan dinding tembok saluran irigasi itu sudah mulai rusak dan terbongkar.

“Diduga” material pasir dan bebatuan bercampur tanah digunakan di proyek saluran irigasi bendung Salugan itu. Demikian ditegaskan anggota DPRD Tolitoli Jemi Jusuf menjawab deadline-news.com group detaknews.id dan deadlinews.co Minggu (19/5-2024I  di salah satu warung kopi di Palu.

Menurutnya 52 persen saluran irigasi di Tolitoli rusak. Artinya ada masalah dalam hasil produktivitas pangan di Tolitoli.

Aparat penegak hukum perlu melakukan penyelidikan atas proyek lebih dari seratus miliyara itu (Rp,198 M). Proyek liding sektor Balai Wilayah Sungai Sulawesi (BWSS) III Palu ini dikerjakan sejak tahun 2017 sampai 2021-2023 awal. Tapi karena tidak tuntas-tuntas maka pihak BWSS Palu melakukan adendum pada tahun 2021. Sampai masa perpanjangan kontrak 2022-2023 pekerjaannya lagi-lagi tidak tuntas-tuntas.

“Rugi uang negara digelontorkan ratusan miliyar, tapi pekerjaan yang dibiayai tidak memberikan manfaat bagi keberlangsungan ketersediaan dan peningkatan produksi pangan kita,” tegas politisi Golkar itu.

PPK Irigasi dan Rawa BWSS III Aji Widyatmoko yang dikonfirmasi via chat di whatsAppnya Minggu (19/5-2024), mengaku sudah berkali-kali menindak lanjutinya.

“Sudah beberapa kali kami tindak lanjuti itu.  Bendung Salugan dikerjakan sejak 9 November 2017,  kemudian per 15 Desember 2022, sejumlah bagian Bendung Salugan rampung dan beroperasi. Bagian bendung yang rampung terdiri dari satu unit bendung beserta lanskap. Saluran primer 3 Km, saluran sekunder Salugan 8,2 Km dan saluran sekunder Sibea 2,4 Km,” jelas Aji.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *